makalah sejarah Pendidikan islam (SPI)
Makalah
”PIALA
DUNIA DAN PERADABAN”
Disusun
untuk memenuhi tugas Mata kuliah sejarah Pendidikan islam
Disusun
oleh
Khusman
Nasir
PROGRAM
STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
JURUSAN
DAKWAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL-HAKIM SURABAYA
2023
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemampuan,
kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Piala dunia dan peradaban"
Dalam penyusunan makalah ini,
Penulis
banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak tantangan itu bisa teratasi" oleh karena itu,
Penulis
penulis mengusapkan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
sebesar-besarnya kepada ustdz sauma selaku dosen kaprodi atas bimbingan,
pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan
makalah ini" Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
penulisan makalah ini" (maka dari itu, saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian" Penulis berharap semoga
makalah ini dapat berman)aat bagi siapa saja yang membalasnya"
Surabaya, 18,januari 2023
Penulis
DAFTAR ISI
A. Terjadinya piala dunia Qatar 2022
B. Politik identitas Piala Dunia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Qatar
merupakan negara yang memiliki jumlah pekerja migran yang paling banyak dan
akan terus meningkat setiap tahunya serta diprediksi akan terus meningkat
menjadi tiga juta pada tahun 2026 (Hyslop, 2011). Qatar merupakan negara
terbesar penerima pekerja migran kedua setelah Uni Emirat Arab (GRC, 2017).
Sejak tahun 1986, menurut perhitungan Bank Dunia dan PBB, penduduk Qatar hanya
berjumlah 398.000. Sepuluh tahun kemudian jumlah penduduk tersebut bertambah
110.000 orang. Bahkan menjelang 2006 populasi Qatar masih tercatat dibawah 1
juta orang. Dari situlah karena jumlah populasi penduduk Qatar yang semakin
meningkat, dikabarkan sejumlah orang di Qatar kehilangan pekerjaan dan hal
inilah yang mengakibatkan anjloknya harga komoditas energi global sehingga
memaksa warga Qatar untuk meninggalkan negarannya sendiri (Taufik, 2016).
Lambat laun negara Qatar mulai berkembang setelah ditemukannya lahan minyak dan
gas alam yang sangat luas dan menjadikan Qatar sebagai negara ketiga di dunia
dengan cadangan gas alam terbesar setelah Rusia dan Iran. Setelah mulai
merasakan dampak besar dari melimpahnya hasil poduksi minyak dan gas alam,
pemerintah Qatar mulai mengalokasikan pendapatan tersebut untuk pembangunan
negaranya berupa sekolah, rumah sakit, jalan, mall dan lain lain. Dari situlah
Qatar mulai belajar dengan merubah perekonomiannya yang dimana sebelumya banyak
pengangguran dan kemiskinan dari warganya hingga 2 saat ini meningkat lebih
maju dan tak sedikit orang dari luar Qatar yang mencoba mengambil keuntungan
dengan bekerja di negara tersebut. Karena warga asli Qatar telah banyak
meninggalkan negaranya dan semakin banyak warga asing datang ke Qatar, maka
populasi di Qatar lebih banyak warga asing atau pendatang dibandingkan dengan
warga asli Qatar itu sendiri. (Oil and Gas Sector, 2022). Meningkatnya pekerja
migran di Qatar juga tak lepas kaitannya dengan pembangunan berskala besar yang
menjadi salah satu faktor paling menonjol di Qatar. Terlebih lagi saat ini
Qatar akan membangun beberapa infrastruktur untuk menyambut ajang Piala Dunia
2022.
Prinsip-prinsip
Panduan ini menegaskan bahwa yang ada pada hukum hak asasi manusia
internasional, negara memiliki kewajiban untuk melindungi pekerja migrannya
dari pelanggaran hak asasi manusia oleh semua aktor di masyarakat termasuk
dunia usaha. Artinya negara harus mencegah, menyelidiki, menghukum dan memulihkan
hak asasi manusia penyalahgunaan yang terjadi dalam operasi bisnis domestik.
Dan The Guiding Principles ini merekomendasikan bahwa negara-negara menetapkan
harapan yang jelas pada perusahan yang berdomisili di wilayah/yuridiksi untuk
menghormati hak asasi manusia disetiap negara dimanapun mereka beroperasi (The
UN Working Group On Business And Human Rights An Introduction). FIFA berharap
dengan adanya kebijakan UNGPs on BHR tersebut dapat terus mengevaluasi serta
bertanggungjawab penuh terhadap kasus yang terjadi pada pekerja migran Piala
Dunia 2022 dan FIFA dapat terus mendesak serta mengomandai pemerintah Qatar
tentang prinsip-prinsip yang ada pada UNGPs BHR sehingga Qatar bisa
bertanggungjawab untuk melindungi pekerja migran piala dunia 2022 dan Qatar
terus menjaga nama baiknya sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Proses berjalanya piala dunia qatar 2022?
2.
Bagaimana pandangan islam dalam piala dunia Qatar 2022?
3.
Bagaimana politik yang terjadi di
piala dunia Qatar 2022?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan yang ingin disapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
1.
mengetahui awal mula di adakanya piala dunia Qatar
2022
2.
mengetahui syariat yang berkaitan dengan penganut
LGBT
3.
menegetahui politik yang ada dalam piala dunia Qatar
2022
D. Manfaat Penulisan
1.
Untuk mengetahui proses terjadinya piala dunia Qatar
2022
2.
Untuk menegetahui permasalahan apa saja yang ada
didalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Terjadinya piala dunia Qatar 2022
Sepak
bola adalah
olahraga paling populer di dunia. Hampir tidak ada manusia di kolong langit ini
yang tidak mengenal si kulit bundar tersebut. Dan puncak dari pesta sepak bola
terbesar sejagat tentu adalah kejuaraan piala dunia dimana saat ini kita sedang
merasakan titik puncak atmosfernya.
Seperti yang diketahui bahwa Piala Dunia
2022 kali ini diselenggarakan di Qatar yang mana hal itu menjadi pengalaman
pertama bagi negara Arab dan juga negeri Islam. Banyak komentar miring
bertebaran saat Qatar terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 yang dimotori
oleh media-media Barat.
Mulai dari isu pelanggaran HAM,
kecurangan (suap), main mata dengan FIFA dll. Namun bagai pepatah bijak
berkata, Qatar seolah menjalankan prinsip anjing menggonggong kafilah tetap
berlalu.
Mereka tetap percaya diri melaksanakan
hajatan besar sepak bola itu sembari memberikan pelurusan berita untuk menjawab
tuduhan-tuduhan media Barat yang memfitnah mereka. (www.cnnindonesia.com)
Ada beberapa alasan mengapa media-media
mainstream Barat sangat benci dan bahkan melakukan gerakan boikot pada
penyelenggaraan Piala Dunia 2022 ini. Di antaranya adalah karena Qatar
menerapkan kebijakan yang bertolak belakang dengan “peradaban” Barat saat ini,
seperti larangan membawa dan minum minuman beralkohol, larangan satu kamar
hotel bagi pasangan yang bukan suami istri, dilarang memakai pakaian yang
terbuka, dan yang paling keras adalah larangan kampanye dan aksi LGBT selama
perhelatan Piala Dunia ini.
Dari sini tentu Barat yang memiliki watak
hegemonik dan mewarisi watak superior sebagai mantan bangsa-bangsa penjajah
dari para leluhurnya merasa kebakaran jenggot. Mereka yang selama ini adikuasa
mengatur sistem “kehidupan” manusia sedunia mendadak harus tunduk pada aturan
sebuah negara yang membawa nilai-nilai Islam yang notabene Barat sangat alergi
padanya. Tentu kenyataan ini tidak bisa mereka terima.
Dimana pun mereka berpijak, dalam pikiran
mereka haruslah semua kemauannya dituruti oleh bangsa-bangsa di luar blok
mereka (negara dunia ketiga). Bagi mereka seolah tidak ada pepatah yang
berbunyi dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Mereka tidak peduli
aturan dan norma negara lain selama tidak sesuai dengan pandangan mereka.
Publik tentu ingat bagaimana kekeuhnya
timnas Jerman mengkampanyekan kaum pelangi selama Piala Dunia ini. Saat sesi pemotretan
menjelang laga perdana melawan timnas Jepang, para punggawa tim Panser kompak
menutup mulut sebagai bentuk protes mereka pada aturan FIFA di Piala Dunia 2022
yang melarang kampanye One Love sebagai bentuk
dukungan pada LGBT.
Tidak sampai di situ, di tribun penonton
VIP Stadion Internasional Khalifa, Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser
juga turut hadir dan nekat mengenakan ban lengan One Love sebagai dukungan bagi
kaum LGBT. Ia nampak asyik bercengkerama dengan Presiden FIFA Gianni Infantino.
Jerman nampaknya hendak menunjukkan bahwa
mereka menjunjung tinggi kebebasan pada segala pemikiran apapun namun
munafiknya di sisi lain mereka mengidap Islamfobia yang akut di negaranya.
Bahkan lebih hipokritnya lagi, Jerman yang getol memfitnah nama baik tuan rumah
(Qatar) dalam berbagai media di negaranya ternyata malah sangat bergantung pada
Qatar.
Jerman secara terang-terangan memang
menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya dengan sikap FIFA dan Qatar pada
penyelenggaraan Piala Dunia 2022, namun uniknya di luar lapangan Jerman masih
membutuhkan Qatar demi menyelamatkan negaranya.
Seperti menjilat ludah sendiri, Jerman
justru harus hidup dari gas Qatar beberapa tahun ke depan. Jerman akan
mendapatkan pasokan gas alam cair dari Qatar hingga dua juta ton per tahunnya
dalam 15 tahun mendatang. Hal ini terjadi karena Negeri Rhein itu sedang
berusaha beralih dari pasokan gas asal Rusia.
Menteri Energi Qatar dan CEO
Qatar Energy, Saad Sherida al-Kaabi telah mengonfirmasi hal ini.
Doha pun menegaskan siap menjadi pemasok untuk menjamin keamanan energi di
wilayah Eropa.
Akibat krisis energi, Jerman menjadi
korban dari tingginya harga energi terutama gas yang menyebabkan meningkatnya
inflasi. Masyarakat Jerman pun merasakan dampak langsung karena biaya listrik
dan BBM makin mahal.
Terkait kondisi di dalam negeri, harga
energi di Jerman sudah naik 38%, sementara harga pangan melesat 12% dan BBM
33%, kata Duta Besar Indonesia Untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno kepada CNBC
Indonesia belum lama ini. Tingkat inflasi Jerman pun meningkat
menjadi 10,4% year-on-year (yoy) pada Oktober dari bulan sebelumnya sebesar
10%. Pasokan gas dari Qatar bisa membantu Jerman dalam menurunkan biaya energi,
termasuk menstabilkan tingkat inflasi yang terlampau tinggi. (www.cnbcindonesia.com)
Kemunafikan Jerman itu akhirnya terbalas
dengan dipermalukannya Jerman yang mengalami kekalahan pada laga perdananya
melawan tim Samurai Biru (Jepang). Dan lebih malunya lagi Jerman adalah salah
satu tim besar favorit juara yang malah tersisih dan harus pulang lebih awal.
Sebenarnya bukan hanya Jerman yang sangat
getol mengkampanyekan LGBT pada piala dunia kali ini, ada pula kapten Timnas
Inggris Harry Kane yang juga berani memakai ban lengan One
Love sebagai dukungan bagi kaum Sodom tersebut. Dan uniknya
negara-negara yang mendukung LGBT pada Piala Dunia 2022 ini bertumbangan satu
persatu. negara-negara pendukung LGBT rontok sebelum babak semifinal Piala
Dunia 2022.
Belgia Denmark, Jerman dan Wales menjadi
empat negara pertama pendukung LGBT yang tersingkir dari Piala Dunia 2022.
Denmark dan kawan-kawan tersingkir di fase grup. Bahkan Denmark dan Wales
tersingkir miris, yang mana finis di posisi juru kunci grup. Selanjutnya, ada
Swiss yang tumbang di 16 besar Piala Dunia 2022. Kemudian, menyusul Belanda dan
Inggris yang juga terpental di perempat final Piala Dunia 2022.
B.
Politik identitas Piala Dunia
Hal lain yang menarik untuk disimak dari
perhelatan akbar sepak bola sejagat 2022 di Qatar ini adalah banyaknya pesan
politik yang dibawa oleh beberapa negara pesertanya. Negara-negara Barat
membawa pesan politik dukungan bagi kaum LGBT sedangkan Qatar dan juga beberapa
negara Timur Tengah membawa pesan politik dukungan bagi kemerdekaan bangsa
Palestina. Inilah politik identitas dalam tafsiran sederhana yang terselip
jelas pada Piala Dunia kali ini.
Ingat saat Mendagri Jerman Nancy Faeser
memakai ban lengan One Love di saat yang sama
warga Qatar mulai dari petinggi kerajaan hingga rakyat biasa dan bahkan
penonton dari negeri Timur Tengah lainnya membalasnya dengan memakai ban lengan
Kafiyeh sebagai bentuk dukungan bagi kemerdekaan Palestina.
Bahkan yang menarik, negara Islam pertama
yang bisa menembus semifinal yakni Maroko selalu mengibarkan bendera Palestina
setiap kali memenangkan pertandingan. Hal inilah yang akhirnya memicu salah
satu surat kabar berhaluan kiri di Jerman, Die Tageszeitung, membuat tudingan
miring bahwa rezim kerajaan Qatar dan timnas Maroko sedang mengkampanyekan anti
semitisme atau permusuhan terhadap entitas Zionis Israel.
Sebab dalam pikiran Barat, siapa saja
yang mendukung kemerdekaan Palestina maka dia dianggap sebagai pembenci
Zionis-‘Israel’. Dan bagi Barat, secara sepihak hal itu dianggap sebagai bentuk
tindakan anti-semitisme.
Hal menarik lainnya adalah mengenai beberapa
kebiasaan amoral masyarakat Barat yang tidak bisa leluasa dilakukan selama di
Qatar. Seperti tradisi masyarakat Barat yang biasa membawa dan meminum khamr di
stadion kini di Qatar hal itu tidak diperbolehkan.
Ada pula kebiasaan sebagian suporter wanita
negara-negara Barat yang bebas berpakaian vulgar dan bisa menginap serta
melakukan seks bebas di hotel-hotel kini hal itu bisa dicegah karena Qatar
tidak memberi izin menginap satu kamar bagi pasangan yang belum menikah secara
resmi. Inilah politik identitas, identitas amoral Barat melawan identitas Islam
yang dijalankan oleh Qatar.
Ada pula fenomena menarik yang mungkin
tidak akan pernah terjadi di luar Piala Dunia Qatar yakni tidak lakunya
jurnalis dari media-media zionis yang meliput di sana. Viral di media sosial
dimana banyak penonton lintas negara yang menolak diwawancara saat tahu bahwa
yang hendak mewawancarai mereka adalah media asal Israel.
Bahkan uniknya bukan hanya suporter dari
negara-negara Muslim saja yang melakukan penolakan itu, karena banyak pula
suporter dari negara-negara non-Islam yang ternyata melakukannya juga. Hal
tersebut kemungkinan karena mereka muak dengan kelakuan entitas Zionis yang
berwatak kolonialis itu.
Walhasil mari ambil sisi positif dari
perhelatan akbar sepak bola sejagat ini. Terlepas dari adanya kekurangan
setidaknya Qatar telah melakukan sesuatu yang berbeda. Banyak nafas Islam
mereka hembuskan di sela-sela udara panas persaingan bola di lapangan.
Hal ini bisa kita lihat saat Seremoni
pembukaan Piala Dunia 2022 tersebut digelar di Al Bayt Stadium, Al Khor, Qatar
(Ahad, 11/12/22) dimana ayat suci Al-Quran untuk pertama kalinya dibacakan pada
pembukaan Piala Dunia. Penampilan teatrikal Morgan Freeman dan YouTuber Qatar,
Ghanim Al-Muftah pada pembukaan Piala Dunia 2022 berhasil menyita perhatian
warganet yang menilai bahwa kutipan Surat Al-Hujurat Ayat 13 yang dibacakan
sesuai dengan tema Piala Dunia 2022 kali ini.
Ayat tersebut menjelaskan betapa Tuhan
menciptakan manusia dalam kondisi berbeda latar belakang dan suku. Ini
menunjukkan betapa Piala Dunia 2022 menyatukan seluruh bangsa. Ditambah lagi
banyak bertebaran hadis-hadis Nabi yang dipasang di sudut-sudut kafe sebagai
pesan dakwah bagi pelancong dari luar negeri yang datang untuk menyaksikan
Piala Dunia Qatar.
Belum lagi viral banyak mualaf dadakan
atau setidaknya kian banyak penonton non-Muslim yang pandangannya terhadap
Islam mulai berubah positif setelah mereka datang ke Qatar dimana digambarkan
banyaknya kunjungan wisatawan non-Muslim ke masjid-masjid di Qatar selama
perhelatan Piala Dunia ini. Hal ini karena mereka banyak menyaksikan keindahan
Islam di Qatar yang berbanding terbalik dengan yang selama ini mereka saksikan
di media-media mainstream negara mereka di Barat yang mengidap Islamfobia.
Sebagai penutup ada pesan dari
negeri-negeri Islam yang terwakili oleh Qatar kepada Barat lewat ketegasan
mereka menegakkan aturan Islam selama Piala Dunia ini terutama masalah LGBT.
Ada riwayat yang menyatakan,
فقد روى ابن حبان وأحمد وغيرهما أن رسول
الله ﷺ قال: “طُوبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبُهُ عَنْ عُيُوبِ النَّاسِ
“Diriwayatkan dari Ibnu Hibban dan Ahmad dan
yang lainnya, Sesungguhnya Rasulullah ﷺ
bersabda : “Beruntung bagi orang yang sibuk (meneliti) pada aibnya sendiri
daripada sibuk mengurusi aib-aib orang lain.”
Qatar dan juga negara-negara lain punya
aib, ada kekurangan, itu benar adanya. Dan Barat se-adikuasa apapun mereka juga
punya aib. Sebab tidak ada negara yang sempurna di dunia saat ini.
Namun dari sini, jika Barat -terutama
Jerman dan selainnya yang getol membela LGBT- bisa membuka akal sehatnya
sedikit saja maka mereka akan paham dan berterima kasih kepada Qatar yang
melarang keras LGBT. Karena LGBT selain juga dikutuk di dalam agama apapun juga
merupakan musuh besar kemanusiaan. Selain menimbulkan penyakit mematikan ia
juga bakal membuat manusia punah.
Mengutip Ridwan Saidi,” Sosialisasi
homoseksual jalan sukses ke arah zero population growth. Logikanya,
bayi tidak ada yang muncul. Sedang yang dewasa cepat mati dimangsa AIDS.”
(Ridwan Saidi dalam Artikel berjudul: MAIN HOMO KAUM KHUNTSA. Panjimas,
No. 546, XXIX: 1987).
Maka untuk menghindari kepunahan manusia
di Barat harusnya mereka tidak melakukan gerakan tutup mulut seperti yang
dilakukan oleh Timnas Jerman di Piala Dunia Qatar namun yang harus mereka
galakkan adalah melakukan gerakan tutup (maaf) dubur mereka dari kelompok Sodom
modern. Hal ini demi kelangsungan kehidupan manusia di Barat jika tidak ingin
punah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sepak bola adalah olahraga paling populer di dunia. Hampir tidak ada
manusia di kolong langit ini yang tidak mengenal si kulit bundar tersebut. Dan
puncak dari pesta sepak bola terbesar sejagat tentu adalah kejuaraan piala
dunia dimana saat ini kita sedang merasakan titik puncak atmosfernya. Seperti
yang diketahui bahwa Piala Dunia 2022 kali ini diselenggarakan di Qatar yang
mana hal itu menjadi pengalaman pertama bagi negara Arab dan juga negeri Islam.
Banyak komentar miring bertebaran saat Qatar terpilih menjadi tuan rumah Piala
Dunia 2022 yang dimotori oleh media-media Barat. Mulai dari isu pelanggaran
HAM, kecurangan suap, main mata dengan FIFA dll. Namun bagai pepatah bijak
berkata, Qatar seolah menjalankan prinsip anjing menggonggong kafilah tetap
berlalu. Mereka tetap percaya diri melaksanakan hajatan besar sepak bola itu
sembari memberikan pelurusan berita untuk menjawab tuduhan-tuduhan media Barat
yang memfitnah mereka. www. cnnindonesia. com Ada beberapa alasan mengapa
media-media mainstream Barat sangat benci dan bahkan melakukan gerakan boikot
pada penyelenggaraan Piala Dunia 2022 ini. Di antaranya adalah karena Qatar
menerapkan kebijakan yang bertolak belakang dengan peradaban Barat saat ini,
seperti larangan membawa dan minum minuman beralkohol, larangan satu kamar
hotel bagi pasangan yang bukan suami istri, dilarang memakai pakaian yang
terbuka, dan yang paling keras adalah larangan kampanye dan aksi LGBT selama
perhelatan Piala Dunia ini. Dari sini tentu Barat yang memiliki watak hegemonik
dan mewarisi watak superior sebagai mantan bangsa-bangsa penjajah dari para
leluhurnya merasa kebakaran jenggot. Mereka yang selama ini adikuasa mengatur
sistem kehidupan manusia sedunia mendadak harus tunduk pada aturan sebuah
negara yang membawa nilai-nilai Islam yang notabene Barat sangat alergi padanya.
Tentu kenyataan ini tidak bisa mereka terima. Dimana pun mereka berpijak, dalam
pikiran mereka haruslah semua kemauannya dituruti oleh bangsa-bangsa di luar
blok mereka negara dunia ketiga. Bagi mereka seolah tidak ada pepatah yang
berbunyi dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Mereka tidak peduli
aturan dan norma negara lain selama tidak sesuai dengan pandangan mereka.
Publik tentu ingat bagaimana kekeuhnya timnas Jerman mengkampanyekan kaum
pelangi selama Piala Dunia ini. Saat sesi pemotretan menjelang laga perdana
melawan timnas Jepang, para punggawa tim Panser kompak menutup mulut sebagai
bentuk protes mereka pada aturan FIFA di Piala Dunia 2022 yang melarang
kampanye One Love sebagai bentuk dukungan pada LGBT. Tidak sampai di situ, di tribun
penonton VIP Stadion Internasional Khalifa, Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy
Faeser juga turut hadir dan nekat mengenakan ban lengan One Love sebagai
dukungan bagi kaum LGBT. Ia nampak asyik bercengkerama dengan Presiden FIFA
Gianni Infantino. Jerman nampaknya hendak menunjukkan bahwa mereka menjunjung
tinggi kebebasan pada segala pemikiran apapun namun munafiknya di sisi lain
mereka mengidap Islamfobia yang akut di negaranya.
DAFTAR PUSTAKA
ALbalad. (2021, 06 05). Qatar kurangi anggaran Piala Dunia 2022. Diambil
kembali dari Berita Olahraga: http://albalad.co/olahraga/2017A6942/qatar-kurangi-anggaranpiala-dunia-2022-hingga-setengah/
Alsair, A. H. (2021, Juni 20). Mengintip Persiapan Qatar Sang Tuan Rumah
Piala Dunia 2022. Diambil kembali dari idntimes:
https://www.idntimes.com/sport/soccer/achmad-hidayat-alsair/persiapan-qatarpiala-dunia-2022-c1c2/1
https://hidayatullah.com/artikel/opini/2022/12/15/241822/piala-dunia-2022-dan-wajah-hipokrasi-barat.html
Komentar
Posting Komentar