Makalah komunikasi multikultural
MAKALAH KOMUNIKASI MULTIKULTURAL
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN PERUBAHAN SOSIAL
Dosen pembimbing :
Alim Puspianto M.Kom
Disusun Oleh :
Khusman Nasir
201931110037
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
JURUSAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL-HAKIM SURABAYA
2022
DAFTAR ISI
A. Sekilas Tentang Komunikasi Antarbudaya
BAB I
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
Puji syukur kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
kami mampu menyeesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah disepakati. Tiada
daya dan upaya selain dari Allah Subhanahu wata’ala.Untaian salam serta shalawat
semoga terus tercurah kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi washallam atas jasa-jasa beliau dalam membawa dunia ke arah
yang lebih baik. Makalah ini kami buat selain karena tugas kuliah, juga sebagai
bentuk kepedulian terhadap ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis secara
pribadi. Didorong oleh hal tersebut, kami berusaha memberikan sesuai kemampuan
kami dalm makalah ini. untuk itu, kami berterima kasih kepada semua pihak yang
telah ikut andil dalam pembuatan makalah ini, terutama teruntuk dosen pengampu
kami, Ust. Alim Puspianto, M.Kom.
Menyadari kekurangan penulis sebagai manusia biasa, penulis memohon
maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca atas kekeliruan yang ada dalam
makalah ini, mulai dari kekeliruan huruf, susunan kata dan kalimat dan lain
sebagainya. Untuk itu, penulis mengharap saran dan kritik yang membangun
sebagai acuan untuk memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.
Walau demikian, besar harapan penulis, makalah ini bisa menjadi
referensi, menambah literature ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi orang lain.
Amien ya Rabbal ‘Alamin.
BAB II
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang special dan unik. Special karena
memiliki kemampuan berfikir, menalar dan menentukan arah kehidupan dan sejarah.
Unik karena berbeda-beda dan mempunyai kekhasan tersendiri disetiap daerah.
Manusia terus berkembang dan berkembang.
Salah satu kekhasan manusia adalah sifat social dan kebudayaan yang
dimilikinya. Setiap kelompok manusia memiliki cara berbeda dalam bersosial dan
berbudaya. Namun, karena perkembangan teknologi, pertemuan-pertemuan
antarbudaya tak bisa dielakkan. Antara kelompom masyarakat satu dan masyarakat
yang lain tak bisa menghindar dari komunikasi. Maka lahirlah komunikasi
antarbudaya yang dinamis.
Komunikasi antarbudaya tentu menimbulkan gejolak. Meninggalkan
budaya leluhur yang telah mengakar kuat dalam sebuah kelompok masyarakat lalu
menerima kebudayaan lain bukanlah sesuatu yang mudah. Sehingga perubahan social
dan budaya lahir bukan tanpa tantangan.
Makalah ini berusaha mengungkap hal-hal tersebut di atas. Setelah
mengumpulkan berbagai literature yang ada, penulis berusaha menyajikan
teori-teori dan hasil penelitian terhadap masalah ini.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi Komunikasi Antarbudaya?
b. Apa yang dimaksud dengan perubahan social?
c. Apa hakekat perubahan social dan budaya?
d. Apa sifat-sifat perubahan social dan budaya?
e. Bagaimana tahapan-tahapan perubahan social budaya?
C. Tujuan
a. Menemukan definisi Komunikasi Antarbudaya.
b. Memahami makna perubahan social dan budaya.
c. Memahami hakekat perubahan social dan budaya.
d. Mengetahui sifat-sifat perubahan social dan budaya.
e. Mengetahui tahapan-tahapan perubahan social dan budaya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang Komunikasi Antarbudaya
Pembicaraan tentang komunikasi antarbudaya tidak dapat dielakkan
dari pengertian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar
dua kata namun merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya dimana studi komunikasi antarbudaya (William dalam
Liliweri, 2013: 8) dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek
kebudayaan terhadap komunikasi.[1]
Liliweri (2013: 9) mendefinisikan komunikasi antarbudaya adalah
komunikasi antara dua orang/lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan.
Sependapat dengan Jandt (1998: 36) mendefinisikan Intercultural communication
generally refers to face-to-face interaction among people of diverse culture
yang berarti bahwa komunikasi antarbudaya secara umum merujuk pada interaksi
face to face diantara orang-orang dengan berbagai kebudayaan yang berbeda.[2]
B. Perubahan Sosial
Perubahan social adalah proses social yang dialami oleh anggota
masyarakat serta semua unsur budaya dan system-system social, dimana setiap
tingkatan kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh
unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya dan social yang
lama, kemudian menyesuaikan dengan yang baru.[3]
Perubahan social juga dapat diartikan sebagai perubahan pada
lembaga-lembaga social dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga
social ini kemudian memberikan pengaruh pada perubahan system sosialnya.
Termasuk nilai-nilai pola perilaku ataupun sikap.[4]
Ada pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan
suatu respons atau jawaban dialami terhadap perubahan – perubahan tiga unsur
utama ;
a. Faktor alam
b. Faktor teknologi
c. Faktor kebudayaan
Tahapan tahapan dari perubahan sosial itu sendiri adalah sebagai
berikut :
a. Primitif ; pada tahapan ini manusia hidup secara terisolir dan
berpindah –pindah disesuaikan dengan lingkungan alam yang mendukungnya.
b. Agrokultural ; saat lingkungan alam mulai tidak mendukung maka
pilihan buday cocok tanam menjadi pilihan.
c. Tradisional ; masyarakat
mulai hidup secara menetap disuatu tempat yang dianggap strategis.
d. Transisi ; kehidupan desa sudah sangat maju, isolasi kehidupan
hampir tidak ditemukan lagi.
e. Modern ; ditandai dengan
peningkatan kualitas perubahan sosial yang lebih jelas meninggalkan fase
transisi.
d. Postmodern ; masyarakt
modern yang telah melampaui tahapan – tahapanya
Adapun Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahapan berurutan
:
a. Invensi yaitu proses dimana ide – ide baru diciptakan dan
dikembangkan.
b. Difusi yaitu proses dimana ide – ide itu dikomunikasikan ke
dalam sistem sosial
c. Konsekwensi yakni perubahan – perubahan yang terjadi dalam
sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.[5]
C.
Hakekat Perubahan Sosial
Studi tentang perubahan sosial-budaya umumnya merupakan salah satu
dari bermacam-macam studi tentang masyarakat. Mengapa? Karena setiap pola
kehidupan atau sodai pattern dapat diidentifikasi dan diuji sepanjang waktu.
Perkembangan simbol-simbol baru yang memberikan makna dalam agama, seni,
literatur dan musik merupakan contoh dari perubahan kebudayaan, semuanya ini
menjadi subjek studi teoritis yang bersifat makro. Sementara itu cara individu
berinteraksi dengan seseorang atau dalam proses kelompok kecil, merupakan
subjek teori atau studi-studi pada asas mikro. Jika kita sepakat bahwa
perubahan sosial-budaya itu meliputi aras makro dan mikro yang terjadi dalam
sebuah masyarakat maka ada baiknya kita melihat sejenak paradigma sebuah
masyarakat.[6]
Kingsley Davis mengartikan perubahan-perubahan sosial sebagai
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya timbul
pengorganisasian. Contoh ini mudah terlihat dalam masyarakat kapitalis yang
juga dikenal oleh masyarakat sekarang, seperti didirikannya pelbagai pabrik
yang padat modal (kapital) maka terjadi perubahan hubungan antara buruh dengan
majikan yang kemudian menyebabkan perubahan-perubahan dalam oganisasi ekonomi
dan politik.[7]
Mac Iver membedakan perubahan sosial antara perubahan utilitarian
elements dengan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan
manusia yang primer dan sekunder. Karena itu menurutnya, semua kegiatan dan
ciptaan manusia dapat diklasifikasi ke dalam dua kategori tersebut di atas,
dimana utilitarian elements merupakan ciri peradaban. Contoh, kita mungkin
belum memerlukan alat bantu teknologi hitung seperti kalkulator, namun lantaran
sarana tersebut sangat membantu mempercepat penyelesaian pekerjaan matematis
maka kita membeli kalkulator. Hal menggunakan materi sebagai alat bantu untuk
mencapai tujuan merupakan salah satu bentuk peradaban, yakni tindakan
utilitarian elements namun kemauan kehendak motivasi, dorongan menggunakan alat
bantu adalah kebudayaan yaitu cultural elements.
D.Sifat-Sifat
Perubahan
Dengan memperhatikan model-model perspektif masyarakat yang
menjelaskan sistem sosial dan ruang lingkup staft masyarakat tersebut di atas
maka para sosiolog maupun antropolog mulai memfokuskan analisis studi mereka
terhadap komunitas. Banyak teoritis pada aras makro lebih memilih sebuah bangsa
dan kelompok budaya yang luas, misalnya suatu bangsa seperti Indonesia yang
berbeda etnik namun berbicara dalam bahasa Indonesia. Hanya sedikit teoritis di
asas makro yang berhasil membangun suatu analisis yang mereka sebut “sistem
dunia”, misalnya aneka ragam hubungan sistem ekonomi dan politik yang beruang
lingkup dunia. Beberapa karakteristik perubahan itu antara lain sebagai
berikut:[8]
b. Perubahan Struktural
Setiap orang dalam masyarakatnya mempunyai posisi sosial tertentu,
contoh adalah pekerjaan. Dari pekerjaan dapat ditentukan jenis peran setiap
orang dalam masyarakatnya. Apabila suatu saat seseorang mendapat promosi maka
kita bilang orang itu naik pangkat, karena orang itu berubah peran yang makin
tinggi dengan tanggungjawab yang makin besar. Dalam studi mobilitas sosial,
perubahan semacam ini digolongkan sebagai perubahan sosial semata-mata dalam
peran individu. Kapan kita menyebutkan sebuah perubahan itu sebagai sebuah
perubahan struktural? Kita akan bilang perubahan itu sebagai perubahan
struktural kalau perubahan itu mengandung diferensiasi sosial yakni salah satu
jenis perubahan struktural karena ada sesuatu yang baru dari perubahan itu,
misalnya perubahan yang menghasilkan peran-peran yang lebih khusus (ada
pengembangan spesialisasi).Perubahan Dinamika dan Stabilitas
Stabilitas itu penting dalam semua kebudayaan. Acap kali kita
mengatakan bahwa jika salah satu nilai mengalami kemajuan dan pertumbuhan, maka
di sana akan terjadi dinamika. Hampir semua model masyarakat dipandang sebagai
sebuah sistem yang stabil, karena di dalamnya ada struktur institusional untuk
melayani dan menangani pola-pola budaya. Dalam ilmu sosial, istilah stabil itu
tidak berarti tidak ada perubahan, sebab di sana ada perubahan yang terjadi
perlahan-lahan dari masyarakat masa lalu dan mengikuti perubahan waktu hingga
ke masa sekarang Model suatu masyarakat yang cenderung berkembang telah
dijadikan topik bahasan ilmuwan sosial sejak abad 19, tatkala para ilmuwan itu
mulai meminjam kata “sistem” dari biologi untuk menjelaskan dinamika
stabilitas.[9]
a. Progress
Pilihan sistem dengan memperhatikan dinamika stabilitas merupakan
model bagi suatu masyarakat yang didasarkan pada pengalaman historis dari
masyarakat industrial. Namun demikian di sana ditunjukkan pula betapa banyak
negara yang gagal mencapai kemajuan untuk memecahkan masalah-masalah bangsanya.
Model ini diimplikasikan dalam perencanaan pembangunan untuk menciptakan suatu
masa transisi secara gradual dari satu sistem ke sebuah sistem yang lebih baik.
Itulah yang banyak negara diaplikasikan sebagai program pembangunan
berkesinambungan.[10]
d. Perubahan Revolusioner
Model perubahan sosial yang revolusioner tidak berakhir dengan
kekacauan sosial, tetapi model ini merupakan model untuk menjelaskan perubahan
yang cepat, kacau dan acapkali ditandai dengan perubahan yang relatif stabil
dari suatu masyarakat. Dalam teori revolusioner dikatakan bahwa ketegangan
sosial dan konflik dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan pembaharuan
sosial, misalnya dari proses evolusi menjadi revolusi. Perbedaan gradual
antara perubahan sosial yang revolusioner dengan evolusioner terletak pada
penggantian proses sosial dan struktur sosial.[11]
e. Beberapa Catatan tentang Pembangunan sebagai Perubahan
Jika pembangunan dilihat sebagai proses perubahan, maka ada
beberapa pendekatan dalam studi pembangunan yang harus diperhatikan; yaitu:
(1) Pendekatan modernitas dan variannya adalah: a. pendekatan modernisasi, b.
pemerataan kembali dengan pertumbuhan, c. pendekatan kebutuhan dasar; dan (2)
Pendekatan ekonomi politik yang terdiri dari; a. pendekatan ketergantungan, b.
pendekatan sistem dunia, dan c. pendekatan artikulasi modus produksi.
Saya hanya mengambil satu pendekatan yang menurut pandangan saya
relevan dengan pengaruh perubahan terhadap komunikasi antarbudaya, yakni
gagasan fungsionalisme struktural dari Talcot Parsons. Jika konotasi kemajuan
ditentukan dalam perbandingan atas perubahan suatu masyarakat modem dengan
masyarakat tradisional maka kita akan merujuk pada lima variabel {pattern
variables) yang sekaligus menunjukkan tahap pembangunan, yaitu;
(1) afektif-netral afektif;
(2) partikularistik – universalistik;
(3) orientasi kolektif – orientasi diri;
(4) status yang diberikan/ askripsi – status yang diperoleh
{achievement);
(5) fungsi tersebar – fungsi spesifik.
Pertama, variabel pertama yang dibandingkan antara masyarakat
tradisional dengan masyarakat modern adalah afektif-netral-afektif.Parsons
ingin menyebutkan bahwa hubungan sosial pada masyarakat tradisional bersifat
afektif personal, emosional, tingkat tatap muka. Hubungan sosial dalam
masyarakat modern, impersonal, bebas emosi, dan tidak pernah bersifat langsung.
Kedua, variabel partikularistik – universalis tik; dalam masyarakat tradisional
orang cenderung bekerja sama dengan orang dari latar belakang yang sama,
kelompok yang sama, perjanjian kerja bersifat informal dan kadang-kadang
verbal. Masyarakat modern bersifat universalistik, penduduk kota makin padat,
pembagian kerja dengan diferensiasi makin tinggi, pergaulan meluas ke
masyarakat yang berbeda, kerja sama dilandasi perjanjian formal/kontrak.[12]
Ketiga, variabel orientasi kolektif dalam masyarakat tradisional
mengajarkan kesetiaan serta pengorbanan untuk kelompok (keluarga, komunitas,
atau suku). Sebaliknya orientasi diri, mengembangkan kemampuan dan kebebasan
individu. Keempat, mengutamakan status askripsi, orang dilihat dari latar
belakang keluarga, warna kulit. Dalam masyarakat modem orang dinilai menurut
apa yang dicapai dengan prestasi kerja. Kelima, fungsi terrebar menjelaskan
bahwa peran seorang sering kali tumpang tindih dan tidak mempunyai batas yang
jelas. Sebaliknya, dalam masyarakat modern peran-peran yang berbeda ini
biasanya dipegang oleh orang yang berbeda-beda dan cenderung
tidak ada ketumpangtindihan.
5. Teori-Teori Perubahan Sosial
a. Teori Evolusi ( Evolution Theory )
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan
proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan
yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam
teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori,
yaitu unilinear theories of evolution, universal theories of evolution, dan
multilined theories of evolution.[13]
Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk
kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan
tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya
sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.[14]
Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu
melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti
suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah
bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi
kelompok yang heterogen.[15]
Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian
tentang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem
pertanian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.[16]
b. Teori Konflik ( Conflict Theory )
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari
pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan
kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan
sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial
selalu melekat pada struktur masyarakat.[17]
c. Teori Fungsionalis ( Functionalist Theory )
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag
(kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan
bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan
dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja
berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti
kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan
unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan
kesenjangan sosial atau cultural lag .[18]
d. Teori Siklis ( Cyclical Theory )
Beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut.
Teori Oswald Spengler (1880-1936)
Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan,
yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan
untuk menjelaskan perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar
mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini
memakan waktu sekitar seribu tahun.
Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)
Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam
siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem
kebudayaan ini adalah kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.
1) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh
nilai-nilai dan kepercayaan terhadap kekuatan supranatural.
2) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan
terhadap unsur adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan
fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal.
3) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan
tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
Teori Arnold Toynbee (1889-1975)
Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus
kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban
besar menurut Toynbee telah mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang
dewasa ini beralih menuju ke tahap kepunahannya.
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya dan Penyebabnya
Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk
berikut ini.
Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat (Evolusi dan Revolusi)
Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang
Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
a . Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Dinamika penduduk
Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat
Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut
terjadinya perubahan-perubahan besar.
b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Adanya pengaruh bencana alam.
Adanya peperangan
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari teori-teori yang telah penulis rangkum tentang komunikasi
antarbudaya dan perubahan social, dapat disimpulkan beberapaah hal;
Bahwa antara social dan budaya adalah hal yang tak terpisahkan.
Keduanya merupakan dua kata yang sangat berkaitan erat satu sama lain. Maka,
untuk memahami salah satunya, harus membahas kedua-duanya.
Perubahan social dan budaya adalah hal yang terus menerus terjadi.
Hal tersebut telah menjadi hokum alam atau ketentuan kehidupan manusia.
Perubahan ini terjadi karena banyak factor. Salah satunya teknologi dan sifat
inferioritas manusia.
Perubahan social terjadi karena factor-faktor yang ada. Baik factor
tersebut berasal dari internal masyarakat maupun dari eksternal masyarakat.
Perubahan social terjadi untuk memenuhi tuntutan zaman atau agar
tak terhindar dari system universl yang dibuat oleh masyarakat mayoritas di
dunia.
2. Saran
Perubahan social adalah sebuah keharusan yang mesti dipenuhi agar
tak tergilas oleh zaman yang terus berubah. Akan tetapi, perubahan social dan
budaya harus dikendalikan oleh setiap anggota masyarakat. Hal tersebut unruk
menghindari perubahan yang justru merusak tatanan masyarakat yang telah
terbentuk.
Kemudian, perubahan social dan buday tidak berarti meninggalkan
system social dan kebudayaan yang menjadi khas sebuah kelompok masyarakat.
Perubahan radikal dalam sebuah kelompok masyarakat yang diadopsi dari
masyaraaat lain berarti pengkhianatan terhadap budaya leluhur, dengan catatan
bahwa system tersebut adalah system yang baik dan bermaslahat.
Daftar Pustaka
BUKU
Berry, J.W. (1999). Psikologi Lintas Budaya, Riset dan Aplikasi.
Alih Bahasa dari
Edi Suhardono. 1999.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Forse, Michel. (2004). “Teori-Teori Perubahan Sosial” dalam Sosiologi,
Sejarah dan Pemikirnya. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Liliweri, A. (2007). Prasangka & Konflik, Komunikasi Lintas
Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta : LkiS.
Samovar, L.A., Porter, R.E., dan McDaniel, E.R. (2010).
Komunikasi Lintas Budaya; Communication
Between Cultures. Jakarta: Salemba Humanika
Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi ; suatu pengantar PT Rajawali
Pers : Jakarta\
Burhan, Bungin. 2008. Sosiologi komunikasi ; teori, paradigma dan
diskursus komunikasi di masyarakat PT kencana : Jakarta
INTERNET
http://sofianti2.blogspot.co.id/2016/06/bab-iii-komunikasi-antarbudaya-dan.html
diunduh tanggal 04 April 2017 Pukul 18.32
http://lembahbanyu.blogspot.co.id/2013/04/komunikasi-antar-budaya-dan-perubahan.html
diunduh tanggal 04 April 2017 Pukul 18.33
http://sofianti2.blogspot.co.id/2016/06/bab-iii-komunikasi-antarbudaya-dan.html
diunduh tanggal 04 April 2017 Pukul 18.33
[1] Diambil
dari
http://sofianti2.blogspot.co.id/2016/06/bab-iii-komunikasi-antarbudaya-dan.html
tanggal 04 April 2017 Pukul 18.32
[2] Ibid
[3] Diambil dari
http://lembahbanyu.blogspot.co.id/2013/04/komunikasi-antar-budaya-dan-perubahan.html
tanggal 04 April 2017 Pukul 18.33
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] Diambil dari
http://sofianti2.blogspot.co.id/2016/06/bab-iii-komunikasi-antarbudaya-dan.html
tanggal 04 April 2017 Pukul 18.33
[7] Ibid
[8] Ibid
[9] Ibid
[10] Ibid
[11] Ibid
[12] Ibid
[13] Op cit
[14] Ibid
[15] Ibid
[16] Ibid
[17] Ibid

Komentar
Posting Komentar