Pidato tentang musibah (kematian)

Kematian 

Assalamualaikum wr.wb

     Alhamdulilahirabbil alamin assolatuwassalamuala asrofil ambyaiwal mursalin sayyidina muhammadin waala alihi washohbihi ajmain ama ba’du.Puji syukur kita panjatkan kepada allah yang maha ghofur,yang mana nikmatnya tidak terukur walaupun oleh insinyur gubernur kondektur tukang bubur ataupun oleh tukang bajigur apalagi oleh bapak gusdur.

     Sholawat salam tidak lupa kita panjatkan kepada nabi kita Muhammad saw. juga pada keluarganya sahabatnya dan mudah-mudahan pada kita semua aamiin. Hadirin Ma’asyiral Muslimin.

     Di kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan ceramah dengan tema kematian yang merupakan perpisahan antara ruh dengan raga. Kematian akan mengantarkan manusia ke   kehidupan yang abadi. Kematian juga akan memusnahkan segala nikmat yang manusia peroleh dan nikmati selama di dunia.

     Semua dari kita, sering merasakan resah, gelisah, gundah-gulana, diakibatkan dari permasalahan-permasalahan yang sering kita hadapi. Entak itu permasalahan ekonomi, permasalahan anak istri, permasalahan penyakit, permasalahan orang-orang yang kita cintai diwafatkan, kekurangan harta dan semisalnya. Bahkan juga semua dari kita pernah malas dalam ibadah, pernah turun derajat keimanan, mungkin benar-benar turun. Sampai kadang-kadang kita sangat malas dalam ibadah.

      Juga, semua dari kita kadang-kadang terlalu rakus terhadap dunia. Yang ada dalam pikirannya (orientasinya) hanya dunia. Maka tiga hal ini (resah/gelisah dengan problematika kehidupan dunia, malas mengerjakan ketaatan, merasa selalu tidak cukup dengan rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala), tiga hal ini obatnya adalah mengingat pemutus kelezatan dunia (yaitu kematian). Mengingat saat ruh kita berpisah dengan jasad kita.

     Dimana kita? Sedang melakukan apa kita? Apakah di tempat ibadah atau di tempat maksiat? Apakah sedang mengerjakan ketaatan atau sedang mengerjakan kemaksiatan?

     Obat dari tiga hal tersebut tersebut adalah mengingat kematian, mengingat saat ruh kita naik keatas langit, apakah diterima oleh Allah (ruhnya) ataukah tidak? Dan ingat, itu semua kita lakukan sendirian. Diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ataukah tidak? Dibukakan pintu langit untuk ruh kita ataukah tidak? Ingat itu! Itu akan mengobati rasa gelisah, gundah gulana atas problematika kehidupan dunia, mengobati malas beribadah, mengobati merasa tidak puas hati dengan pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala, senantiasa selalu merasa kurang, kurang dan kurang.

     Ingat, saat ruh kita di atas langit, apakah dilempar oleh Allah ataukah dibawa oleh para malaikat dan dikembalikan kedalam jasadnya di alam barzakh? Ingat itu, itu yang membuat hati kita akhirnya tenang dengan problematika kehidupan dunia, sabar dan tegar. Itu yang membuat kita semangat untuk beribadah, itu yang membuat kita akhirnya segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, puas hati dengan pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ

“Tiada Tuhan selain Allah, sesungguhnya di dalam kematian terdapat rasa sakit.”

     Ketika nyawa dicabut napas kita akan tersenggal, mulut terkunci, anggota badan kita tanpa daya, dan pintu taubat pun tertutup. Pada saat itu tak ada yang bisa menghindarkan kita dari sakaratul maut. Oleh sebab itu, tanyakan pada diri kita sendiri, sudah siapkah kita menghadapi kematian? Sudah cukupkah bekal yang kita miliki selama ini? Pantaskah kita untuk bertemu Rabb kita? Layakkah kita untuk ditempatkan di dalam surga beserta kemewahan di dalamnya? mudah-mudahan kita termasuk orang-orang beriman yang senantiasa mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat sehingga kita bisa mati dengan husnul khatimah. Mati dengan rida dari Allah Swt.

     Hidup kita di dunia hanya sementara. Kehidupan di dunia diumpamakan menjadi seorang perantau yang merantau ke suatu tempat, dan di saat yang tepat akan kembali lagi ke tempat asalnya. Setelah ia mencari dan memperoleh bekal selama di tempat perantauan. Manusia pun begitu, akan kembali menghadap kepada Allah SWT dengan membawa amal baik/buruk selama hidup di dunia.

     Kematian menjadi sebuah peristiwa yang sifatnya pasti. Pasti terjadi pada setiap manusia siapapun itu dan tanpa terkecuali. Semua makhluk bernyawa ciptaan Allah seperti manusia, jin, malaikat, hewan, dan juga setan akan mengalami kematian. Akhir-akhir ini kita seringkali mendengar berita duka dari kerabat kita, teman maupun kerabat dari teman kita. Berita kematian yang sampai kepada kita merupakan pengingat bahwa bisa saja pada suatu hari berita kematian kita yang sampai kepada kerabat lainnya.

     Hal ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk selalu mempersiapkan diri dengan memperbanyak dan meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah Swt.

Hadirin Ma’asyiral Muslimin,Allah subhanahuwatalala berfirman dalam surat Al Ankabut ayat 57 yaitu:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ – ٥٧

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”

     Mengingat kematian sama dengan mengingat proses ruh kita naik ke atas langit, dan apakah ruh tersebut akan diterima atau tidak oleh Allah SWT. Hal itu bisa menjadi obat bagi manusia yang mengalami banyak problematika kehidupan. Kematian juga akan mengobati ketidakpuasan kita terhadap apa yang diberi oleh Allah SWT.

     Pada saat ruh kita naik ke atas langit apakah ruh tersebut akan diterima langsung oleh Allah, atau apakah akan dikembalikan ke dalam jasad di alam barzah oleh malaikat? Hal itu juga bisa menjadi penyemangat dalam beribadah. Supaya kita senantiasa bertaubat kepada Allah SWT dan puas dengan segala pemberian-Nya.

     Tinggal kembali kepada kita saja, apakah bekalnya sudah siap atau belum untuk menghadapi kematian dan hari akhir? Jika sudah, niscaya kita akan terhindar dari siksa neraka dan masuk ke dalam surga Allah Swt. Kita akan menjadi pribadi yang sukses di akhirat.

Ukurannya bukan apakah antum punya kedudukan, harta melimpah, gelar mentereng, rumah yang luas, atau punya banyak mobil. Akan tetapi, apakah antum sudah melakukan hal-hal yang baik di dunia serta menghindarkan diri dari kegiatan yang Allah Swt. larang. Baru seseorang itu bisa sukses di akhirat.

 

     Sesuai dengan hadist Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam riwayat Ibnu Hibban. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang memutuskan kelezatan (yaitu kematian)”

     Tak hanya mengingat kematian saja, tapi untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian, ada hal yang juga harus kita lakukan yaitu betaubat. Bertaubat artinya melepaskan dosa atau melepaskan diri dari hal-hal yang sifatnya dosa. Kita tidak akan tahu kapan waktu kematian itu tiba, karena tak ada yang tahu batas ajal kita, dan kematian itu sendiri tidak berbau.

     Kata “kematian” yang paling pertama kita ingat mungkin tempat peristirahatan kita yang terakhir menunggu sampai hari hisab tiba dimana kita ditempatkan di “rumah baru” kita sebuah lubang gelap kecil seukuran tubuh manusia yang begitu sunyi tanpa teman dan penolong seorangpun. Sering kita mendengar dalam ceramah agama Islam bagaimana para ustad mengingatkan setiap muslim untuk selalu mengingat kematian dengan cara sering berzikir, bertaubat dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang agama.

     Adapun manfaat dari mengingat kematian adalah Selalu berbuat kebaikan dan takut untuk berbuat maksia,menjadi rajin beribadah,tidak cinta dunia berlebihan, karena harta dan segala sesuatu yang kita cintai di dunia akhirnya akan kita tinggalkan dan pada saat kematian tiba kita hanya menggunakan kain kafan saja,bila menghadapi cobaan lebih sabar dan kuat, karena tahu siksa dialam kubur dan siksa pada hari hisab nanti lebih dahsyat,bertaubat,selalu bersikap rendah hati dan tidak sombong

     Sering seseorang bila ingat akan kematian yang dapat menghampiri kapan saja menjadi begitu taat beribadah, bersedekah dan sangat sayang kepada keluarganya. Tetapi orang lebih sering lupa akan akhir hidupnya yang bisa datang kapan saja dengan lebih mencintai dunia secara berlebihan tetapi cintanya pada akhirat hanya sedikit saja malah seolah-olah lupa bahwa kematian dapat menjemput kapan saja.

     pada dasarnya semua umat muslim menginginkan mati dalam keadaan husnul khatimah (akhir yang baik), dan manusia tidak mengetahui mati di hari apa, dimana, atau sedang apa karena kematian itu adalah hal yang gaib sama halnya dengan kiamat hanya Allah SWT yang tahu, yang harus diingat dalam kematian adalah kedatangannya mendadak dan bila sudah datang waktunya tak bisa ditolak.

     Tetapi manusia bisa berusaha dalam keadaan seperti apa ia akan mati, husnul khatimah atau su’ul khatimah (akhir yang buruk). Untuk mencapai husnul khatimah pada saat kematian manusia bisa melakukan amal shalih yang istiqamah, agar bisa istiqamah adalah dengan memperbanyak Zikrul Maut, banyak mengingat mati.

     Lapangkan hati kita dengan tidak mudah mengeluh atas ujian yang diberikan oleh Allah SWT dan tidak menggerutu dengan segala hal yang diberikan. Yang terkahir adalah semangat dalam beribadah. Bangun semangat dalam diri untuk beribadah kepada Allah SWT, misalnya dengan shalat tengah malam atau shalat tahajud.

     Semangat juga dalam mengaji dan mengkaji apa yang harus diterapkan dalam hidup. Persiapkan bekal terbaik supaya bisa bertemu dengan Allah di alam kematian nanti. Namun, hadirin sekalian sudah memiliki bekal itu dan mempertanggungjawabkan segala salah dan dosa. Itulah ceramah singkat tentang kematian, yang dimana kematian bisa menjadi obat dalam hidup di dunia. Sekian yang saya sampaikan ini semoga bermanfaat untuk kita semua.

     Di zaman sekarang, banyak yang meragukan bahwa setelah kematian masih ada kehidupan. Mereka merasa bahwa kehidupan hanya ada di dunia. Efeknya, dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak memikirkan tentang halal-haram maupun surga-neraka.

     Padahal, sudah jelas dalam Al-Qur’an bahwa Allas Swt. menjanjikan adanya kehidupan setelah kematian. Kelak setelah mati kita akan bangkit kembali untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatan selama berada di dunia.

     Setiap manusia tidak bisa lari dari kematian meskipun dia bersembunyi di ujung bumi bila ajal sudah datang menjemput pasti dia akan mati. Bila Allah menghendaki maut akan datang dimana dan kapan saja sesuai dengan firman Nya, “Katakanlah bahwasanya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya ia akan menemui kamu ”(Al Jumu’ah ayat 8), demikian pula dalam surat Qaaf ayat 19, Allah berfirman: “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenarnya. Demikianlah yang kamu tidak dapat melarikan diri daripadanya.”

     Sebenarnya tidur yang kita jalani setiap hari amat dekat dengan kematian, nyawa manusia ditahan ketika sedang tidur, di dalam kitab suci Al Qur’an Allah berfirman dalam surat Az Zumar surat 39 ayat 42, “Allah memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati diwaktu tidurnya, maka Dia tahanlah jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan”

     Selalu mengingat kematian memang sesuatu yang seharusnya kita lakukan karena dengan mengingat kematian manusia enggan untuk melakukan kemaksiatan dan perbuatan yang sia-sia apalagi sudah banyak contoh orang yang meninggal dalam keadaan sia-sia dan sesuai dengan apa yang menjadi kebiasaannya misalnya pecandu narkoba atau sex bebas, mereka meninggal dalam keadaan melakukan hal maksiat yagn biasa mereka lakukan sehari-hari.

     Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita untuk selalu berdoa sebelum tidur dan setelah tidur, itu artinya kita dibimbing untuk menghadapi kematian sebelum tidur dan diajak bersyukur karena Allah menghidupkan kita dari kematian.

     Jadi, yakinlah bahwa kita ini sedang dalam antrian menuju kematian. Oleh karena itu Ma’asyiral Muslimin, bertakwalah! Bertakwalah dengan sebenar benarnya takwa.Jadikan dunia ini sebagai tempat untuk melakukan sebanyak mungkin amal karena di akhirat tidak ada lagi amal yang ada hanyalah hisab.Terakhir, saya di sini mengingatkan diri saya sendiri pada khususnya dan Ma’asyiral muslimin pada   umumnya, untuk tidak lagi berleha leha dalam beribadah.

     Jadikan setiap dari kegiatan kita adalah ibadah Sebuah Tutur kata kadang ada sebuah kesalahan, dan itu saya sadari sebagai manusia yang penuh dosa, adapula hal-hal yang baik tak lain datang dari allah swt.

Pergi memancing di sungai sula

Nila di pancing di hari senja

salam undur diri dari saya

Akhirul kalam wabiltaufik walhidayah wasslamualaikum warrhamatullah wabbarkatuh.

 

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah tafsir dakwah