Ilmu Komunikasi
Tugas UAS Ilmu Komunikasi
Oleh : Khusman Nasir
Tanjung lago,Rabu 08 Juli 2020
Komunikasi Intrapersonal
A. Pengertian Komunikasi
Bermacam-macam defenisi komunikasi yang dikemukakan orang untuk memberikan batasan terhadap apa yang dimaksud dengan komunikasi, sesuia dari sudut mana mereka memandangnya. Tentu saja masing-masing defenisi tersebut ada benarnya dan tidak salah karena disesuaikan dengan dengan bidang dan tujuan mereka masing-masing.Pengertian komunikasi menurut kamus besar bahasa indonesia adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Berikut ini disajikan beberapa defenisi komunikasi untuk menarik pengertian yang umum dari komunikasiyaitu :
1. Defenisi Hovland, Janis dan Kelley
Hovland, janis dan Kelley seperti yang dikemukakan oleh Forsdale (1981) adalah ahli sosiologi Amerika, mengatakan bahwa, “communication is the process by whitch an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behavior of other individuals”. Dengan kata lain komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada defenisi ini mereka menganngap komunikasi sebagai suatu proses, bukan sebagai suatu hal.
2. Defenisi Forsdale
Menurut Louis Forsdale (1981), ahli komunikasi dan pendidikan, communication is the process by which a system is established, maintained, and altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara itu suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan diubah. Pada defenisi ini komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses.
3. Defenisi Brent D. Ruben
Brent D. Ruben (1988) memberikan defenisi mengenai komunikasi manusia yang lebih komprehensif sebagai berikut: komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.
4. Defenisi William J. Seller
Seiler (1988) memberikan defenisi komunikasi yang lebih bersifat universal. Dia mengatakan komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan noverbal dikirimkan, diterima, dan diberi arti. Kelihatannya dari defenisi ini proses komunikasi sangat sederhana, yaitu mengirim dan menerima pesan tetapi sesungguhnya komunikasi adalah suatu fenomena yang kompleks yang sulit difahami tanpa mengetahui prinsip dan komponen yang penting dari komunikasi
tersebut.
B. Pengertian Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan. Ada berbagai jenis dan gaya komunikasi, komunikasi juga dapat terjadi antara satu atau banyak orang yang berbeda. Meskipun mungkin terdengar berlawanan dengan intuisi, namun kita juga mengenal komunikasi yang hanya dilakukan oleh individu seorang diri, jenis komunikasi ini disebut komunikasi intrapersonal dan sebaliknya adalah komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang atau lebih.
Komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal serupa, sekurangkurangnya dalam satu cara utama, yakni memiliki unsur-unsur komunikasi yang sama. Baik komunikasi interpersonal maupun intrapersonal mempunyai unsur, pengirim, encode, pesan, decode, penerima dan efek komunikasi. Seluruh proses pengiriman dan penerima juga yang berbeda hanyalah sasaran, diri sendiri dan orang lain. Perbedaan komunikasi intrapersonal dan interpersonal terletak pada jumlah komunikator. Komunikasi intrapersonal fokus pada individu, dan ada beberapa umpan balik sepertimemikirkan cara yang berbeda untukpendekatan masalah, umpan balik yang benar adalah mustahil. Disisi lain umpan balik, merupakan komponen utama dari komunikasi interpersonal. Contoh, ketika seseorang memberi pesan kepada orang lain atau sekelompok orang, diharapkan bahwa mereka harus mendengarkan dan memberikan tanggapan. Dengan cara ini komunikasi antarpersonal lebih konfrontatif dibandingkan dengan komunikasi intrapersonal.
Umpan balik atau feedback adalah tanggapan atau respon dari penerima pesan yang membentuk atau mengubah pesan berikut yang akan disampaikan sumber. Umpan balik menjadi tempat perputaran arah dari arus komunikasi.Artinya sumber pertama kemudian menjadi penerima, sementara penerima pertama menjadi sumber baru.Umpan balik terdiri dari dua jenis, yaitu umpan balik positif dan umpan balik negatif. Umpan balik positif dari penerima akan mendorong lebih jauh proses komunikasi sementara umpan balik negatif akan mengubah proses komunikasi atau bahkan mengakhiri komunikasi itu
sendiri.
Perhatikan percakapan telefon berikut ini.
Rudi : “Rini?”
Rini : “ya”
Rudi : “Aku Rudi yang duduk didekat kamu kemarin dikuliah”
Rini : “ooh kamu yang suka garuk-garuk kepala dengan pensil itu ya?”
Rudi : “...oh ya. Sory ya, aku tidak memerhatikan. Aku mungkin tidak sadar waktu itu. Sebenarnya aku ingin mengajak kamu jalan.”
Rudi : “...oh ya. Sory ya, aku tidak memerhatikan. Aku mungkin tidak sadar waktu itu. Sebenarnya aku ingin mengajak kamu jalan.”
Rini : “kamu bercanda ya?”
Klik (telefon ditutup)
Percakapan diatas menunjukkan terjadinya umpan balik negatif. Penerima pesan pun mengakhiri komunikasi. Sekarang kita ikuti percakapan telefon berikut:
Iqbal : “Halo Uddin, ini aku Iqbal.”
Uddin : “Hai Iqbal. Katanya kamu sakit, apa sudah sembuh?”
Iqbal : “sudah”
Uddin : “bagaimana dengan kuliahmu?”
Iqbal : “aku kurang faham teori komunikasi.”
Uddin : “bagaimana kalau aku bantu menjelaskan? Bagaimana kalau aku ketempatmu?”
Iqbal : “OK”
Umpan balik positif. Penerima mendorong proses komunikasi.Perbedaan komunikasi intrapersonal dengan interpersonal sebagai berikut :
Perbedaan Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal
Komuniksasi Intrapersonal Komunikasi Interpersonal
objek adalah diri sendiri, terkadang bukan manusia Objek adalah manusia, ada orang lain yang sedang berkomunikasi
dengan kita.
Terjadi pertukaran pesan didalam diri sendiri. Terjadi pertukaran pesan dengan individu/personal lain.
Keunikan? Ada “share” tetapi dengan diri sendiri, melihat sesuatu yang spesifik mungkin sebagai mukjizat? Keunikan? Ada “share” dan sama-sama melihat sesuatu yang spesifik.
Pertanyaan dan jawaban untuk diri sendiri, bertanya sendiri dan menjawab sendiri.
Pertanyaan dan jawaban dengan orang lain, anda bertanya-tanya lain menjawab.
Ada banyak yang bisa individu ukur sendiri, perasaan, intensi, spirit, keadaan batin-nya individu yang mengetahui dan merasakan tentang sesuatu. Ada begitu banyak hal yang tidak dapat diukur, misalnya perasaan, intensi, spirit, keadaan jiwa/batin orang lain.
Ada reaksi terhadap stimulus eksternal namun dikecapi dan dianalisis oleh diri sendiri-jadi ada defenisi dari dalam individu. Dua pihak yang berkominikasi bereaksi dan bereaksi ketika menghadapi stimulus eksternal.
Sifat utama adalah impersonal. Sifat utama adalah personal.
Reflektif: menumbuhkan pertanyaan tentang diri sendiri (self), membayangkan tentang “others”. Reflektif: menumbuhkan pertanyaan tentang “self” dan “others”.
Berbicara,berdialog,berdiskusi
Berbicara kepada/dengan orang
bercerita dengan diri sendiri lain, berdialog-berdiskusi-berceritadengan orang lain.
Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication) adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Dia berbicara dengan dirinya sendiri, dia berdialog dengan dirinya sendiri. Dia bertanya pada dirinya dan dijawab oleh dirinya sendiri. Memang tidak salah kalau kominikasi intrapribadi disebut melamun, tetapi jika melamun bisa mengenai segala hal misalnya melamun menjadi orang kaya, melamun kawin lagi dan sebagainya. Komuniklasi intra pribadi berbicara dengan diri sendiri dalam rangka berbicara dengan orang lain, dan orang lain ini bisa satu orang, sekelompok orang atau masyarakat keseluruhan. Jadi sebelum berkomunikasi dengan orang lain seseorang melakukan komunikasi intrapribadi dahulu.
Disaat kita sedang berbicara kepada diri kita sendiri, sedang melakukan perenungan, perencanaan, dan penilaian pada diri kita terjadi proses neurofisiologis yang membentuk landasan bagi tanggapan, motivasi dan komunikasi kita dengan orang-orang atau faktor-faktor dilingkungan kita (Casmir: 1974,37). Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal diri sendiri. Belajar mengenal diri berarti belajar bagaimana kita berfikir dan berasa, bagaimana kita mengamati, menginterpretasikan dan bereaksi dilingkungan kita.
Manusia adalah makhluk yang suka menilai terhadap apa saja yang dilihat dan didengarnya. Kita memiliki penilaian (judgement) terhadap orang dan lingkungan sekitar kita. Kita memberikan penilaian kepada teman, keluarga, tetangga dan lingkungan kita. Orang akan selalu memberikan penilaian kepada orang lain bahkan kepada orang yang baru saja dikenalnya atau bahkan baru ditemuinya. Penilaian itu bisa baik (positif) dan bisa pula jelek (negatif).
Sejak dahulu sampai sekarang manusia selalu ingin mencaritahu siapa manusia itu, dengan demikian muncul berbagai defenisi diantaranya menyebutkan bahwa manusia itu adalah hewan yang berfikir (hayawan an nathhiq), ada juga yang mendefenisikan manusia adalah makhluk sosial (zoon politicion), dan berbagai defenisi lainnya.
Dalam komunikasi intrapersonal, akan dijelaskan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya dan menghasilkannya kembali . proses pengolahan informasi yang disini kita sebut komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori, dam berfikir.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi intrapersonal
1. Sensasi
Tahap paling awal dalam penerimaan informasi ialah sensasi. Sensasi berasal dari kata “sense” artinya pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Menurut Benyamin B. Wolman (1973) mengatakan bahwa, “sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera”. Sedangkan menurut Dennis Coon
(1977) Apabila alat-alat indra mengubah informasi menjadi imflus-implus syaraf- dengan „bahasa‟ yang difahami oleh (komputer) otak- maka terjadilah proses
sensasi.
Apapun defenisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dan lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya . lebih dari itu, melalui alat inderalah manusia manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Seorang filsuf, jhon locke mengatakan “ there is nothing in the mind except what was first in the senses”( tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali harus lebih dahulu lewat alat indera). Seorang filsuf lain, Berkeley mengatakan, “jika kita tidak mempunyai alat indera, dunia ini tidak akan ada, ada tidak tahu ada harum rambut yang baru disemprot hairspray, apabila tidak ada indera pencium. Demikian pula sentuhan lembut istri anda tentu tidak akan disadari, apabila indra peraba anda sudah mati.
Psikologi menyebut sembilan (bahkan ada yang menyebut sebelas) alat indera; pengelihatan, pendengaran, kinestesis, vestibular, perabaan, temperatur, rasa sakit, perasa, dan penciuman. Kita dapat mengelompokkannya pada tiga macam indra penerima sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam individu sendiri (internal).
Informasi dari luar diindra oleh eksteroseptor misalnya telinga atau mata. Informasi dari dalam indera oleh interoseptor misalnya sistem peredaran darah. Selain itu gerakan tubuh kita sendiri diindera oleh proprioseptor misalnya organ vestibular. Dalam keadaan sehat manusia tidak menyadari bahwa betapa pentingnya panca indera, peredaran darah, gerakan tubuh sangat penting dansaling mendukung dan berkaitan dengan satu sama lainnya.
Faktor pribadi mempengrauhi sensasi menurut islam, panca indera fisik dan pancaindra batin. Menurut ibnu sina dalam mulyadi kartanegara, mengeni pancaindera batin yang terdiri dari panca indra bersama, daya khayal, estimasi baik-buruk, imajinasi dan memori untuk menerima, memahami dan mengingat stimuli. Semua unsur jasmani dan jiwa ini mempengaruhi prilaku. Pengertian jiwa itu sendiri dalam Al-qur‟an selalu disebut dengan nafs. Kata nafs mempunyai aneka makna, pada satu ayat diartikan sebagai totalitas manusia, seperti dalam Q.S. Al-maidah ayat 32 berikut:
Artinya “oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israil, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesengguhnya telah datang kepada merek arasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.
Menurut Quraish shihab secara umum dapat dikatan bahwa jiwa (nafs) dalam konteks pembicaraan tentang manusia, menunjuk kepada sisi dalam manusia yang berfotensi baik dan buruk. Dalam pandangan Al-qur‟an jiwa (nafs) diciptakan Allah dalam keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dari keburukan. Pancaindra batin dan panca indra bersama, khayal, daya estimasi membantu sensasi dan melakukan persepsi. Disamping itu, qalbu memahami apa yang didengar, ditonton dan dibaca.
Nurani membantu untuk intropeksi diri dan menilai pengalaman masa lampau.
2. Persepsi
Anda sekarang sudah membaca sampai halaman ini. Letakkan buku dalam keadaan terbuka kira-kira 50 cm di muka anda. Anda melihat huruf-huruf yang kabur. Dekatkan buku ini pada mata anda perlahan-lahan. Sekarang hurufhurufnya tampak jelas. Inilah sensasi. Ketika anda melihat huruf, merangkaikannya dalam kalimat dan mulai menangkap makna dari apa yang anda baca, terjadilah persepsi.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Sensasi menerima stimuli melalui panca indra, panca indra bersama, dan persepsi memaknai stimuli dengan bantuan qalbu. Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas, sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga etensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976).
Persepsi seperti juga sensasi, ditentukan oleh faktor personal dan faktor fungsional. David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977) menyebutnya faktor fungsional dan struktural. Faktor lainnya yang mempengaruhi persepsi yaitu perhatian.
Tingkatan persepsi manusia
Tingkat persepsi Proses pemahaman Dimensi
1. Persepsi Indrawi atau Sensoris Peraba, penciuman, pendengaran, pengelihatan, pengucapan untuk memberikan dan memperoleh informasi Al-jism
2. Persepsi Naluri Syahwa(keinginan) dan
ghadab (marah) An-nafsu
3. Persepsi Rasional An-nadzar (melihat dengan memperhatikan), At-tadabbur (memperhatikan secara seksama), At-ta‟ammul (merenungkan),Al-i‟tibar (menginterpretasikan), Attakfir (memikirkan), At-tazakur
(mengingat) Al-Aql
4. Persepsi Emosional Tuma‟ninah(tenang), Ulf (jinak atau sayang), ya‟aba
(senang), ra‟fah wa rahma (santun), Wajilat (bergetar, tunduk), ribat (mengikat), galiz (kasar), dan hamiyah
(sombong). Al-Qalb
5. Persepsi Spritual Intuisi, hidayah, dan inspirasi. Ar-Ruh
6. Persepsi Transendental Iman, ilham dan wahyu Al-Fitrah
Informasi dan pesan dapat ditangkap melalui proses sensasi,
persepsi,memori, dan berfikir. Faktor-faktor sensasi, perhatian, fungsional, dan struktural mempengaruhi persepsi. Perhatian merupakan salah satu variabelnya. Variabel pertama yang mempengaruhi perhatian adalah penarik perhjatian, yaitu gerakan, intensitas, stimulud, kebaruan, dan pengulangan. Adapun variabel ke dua adalah penaruh perhatian, yaitu faktor biologis dan sosiopsikologis, sikap, kemauan, dan kebiasaan.
1. Perhatian (Attention) mempengaruhi persepsi
Menurut Kenneth E. Andersen (1972:46), perhatian adalah proses mental ketika stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi apabila manusia mengonsentrasikan diri pada salah satu alat indranya, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain. Apa yang diperhatikan manusia ditentukan oleh faktor-faktor internal dalam diri manusia itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi perhatian manusia adalah faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.
2. Faktor fungsional/personal menentukan persepsi.Faktor fungsional/faktor personal mempengaruhi persepsi. Faktor kerangka rujukan terdiri dari pendidikan, pengetahuan, kebudayaan, pengalaman, dan kebutuhan. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan (fram of reference) mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya.
3. Faktor-faktor struktural menetukan persepsi.Faktor-faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf indidvidu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, wartheimer (1959), dan Koffka, merumuskan prinsipprinsip persepsi yang bersifat struktural. Prinsip-prinsip ini kemudian terkenal dengan teori gestalt. Faktor struktural terdiri dari faktor kesamaan, kedekatan, konteks masalah, dan lingkungan.
3. Memori
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun berfikir. Mempelajari memori membawa kita pada psikologi kognitif, terutama sekali, pada model manusia sebagai pengolah informasi. Robert T. Craig (1979) bahkan meminta ahli komunikasi agar mendalami psikologi kognitif dalam upaya menemukan cara-cara baru dalam menganalisa pesan dan pengolahan pesan. Sumbangan paling besar dari psikologi kofnitif adalah menyingkap tabir memori.
Lalu apakah memori itu? “memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimgbing prilakunya” ini defenisi dari Schlessinger dan Groves (1976:352). Setiap saat stimuli mengenai indra kita, setiap saat pula stimuli itu direkm secara sadar atau tidak sadar. Secara singkat, memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (disebut encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indra dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage), proses yang kedua adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana. Penyimpanan bisa aktif bisa pasif. Kita menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan. Kikta mengisi informasi yang tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri (inilah yang menyebabkan desas desus menyebar lebih banyak dari volume yang asal). Mungkin secara pasif terjadi tampa penambahan. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan Rosenzweig,
1973:499).
Memori adalah seni memperhatikan. Dalam buku Quantum Learning, mereka mengatakan bahwa untuk memiliki memori yang baik anda harus sadar memasukkan tidak hanya fakta, tetapi juga makna dan asosiasi. Jika informasi mempunyai makna bagi anda, anda akan lebih mudah mengingatnya dari pada daftar fakta dan angka yang acak. Untuk memaksimalkan memori, anda harus membuat informasi tersebut bermakna. Apa pentingnya bagi pribadi, mengasosiasikannya dengan hal-hal dari kehidupan mereka sendiri, mengasosiasikan dan mencantolkan, bercerit setiap bagian dan menjadi satu
rantai.
4. Berfikir
Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada konsep dan proses yang sama diantaranya kognisi, pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi. Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penlaran, dan membuat keputusan.
Berpikir adalah fungsi kognitif tingkat tinggi dan analisis proses berpikir menjadi bagian dari psikologi kognitif.
Proses dasarmekanisme dasar dari sel otak manusia merefleksikan proses pencocokan pola atau pengenala pola. Saat seseorang melakukan refleksi, situasi aru dan pengalaman baru dinilai berdasarkan apa yang diingat. Untuk membuat penilaian ini, pikiran mempertahankan pengalaman saat ini dan mengurutkan pengalaman masa lalu yang relevan. Hal tersebut dilakukan dengan mempertahankan agar pengalaman kini dan masa lalu sebagai pengalaman yang terpisah. Pikiran dapat mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi, dan pengalaman. Proses ini disebut penalaran. Logika adalah ilmu tentang penalaran. Kesadaran akan proses penalaran ini adalah jalan masuk kedalam kesadaran.
Berpikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal manusia dapat berfikir karena manusia berakal. Akal merupakan intinya, sebagai sifat hakikat, sedangkan makhluk sebagai genus yang merupakan dhat, sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal. Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran, disamping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan, dengan akal inillah, manusia dapat berpikir untuk mencari kebenaran hakiki.Macam-macam kegiatan berpikir dapat digolongkan sebagai berikut:
a.Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas.
b.Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan.
c. Tiga macam berpikir
1. Deduktif : mengambil kesimpulan dari umum ke khusus.
2. Induktif : mengambil kesimpulan dari hal yang khusus digeneralisir
3. Evaluatif : menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya
2. Pengertian Sikap Sosial
a. Pengertian sikap
Sikap dapat didefenisikan dengan berbagai cara dan setiap defenisi itu berbeda satu sama lain. Trow mendefenisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosianal seseorang terhadap sesuatu objek. Sementara itu Allport seperti dikutip oleh Gable mengemukakan bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Defenisi sikap menurut Allport ini menunjukkan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respon seseorang.
Harlen mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecendrungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu. Jadi disini makna sikap yang terpenting apabila diikuti oleh objeknya. Misalnya siakap terhadap undang-undang pemilu, sikap terhadap sistem kampanye, dan lain-lain. Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukan tindakan nyata (overt behavior) melainkan masih bersifat tertutup (cover behavior). Cardno mendefenisikan sikap sebagai berikut. Dalam istilah kecendrungan (predisposition), terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seeorang berkenaan dengan suatu objek. Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan nilai-nilai), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya , menyenangi atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujinya.
Sikap adalah evaluasi terhadap objek ,isu, atau orang. Sikap didasarkan pada informasi efektif, behavioral, dan kognitif (“ABC-nya” sikap). Afective component(komponen efektif) terdiri dari emosi dan perasaan seseorang terhadap suatu stimulus, khususnya evaluasi positif atau negatif. Behavioral component (komponen behavioral) adalah cara orang bertindak dalam merespon stimulus. Cognitive component (komponen kognitifterdiri dari pemikiran seseorang tentang objek terrtentu, seperti fakta, pengetahuan dan keyakinan. Ketiga komponen sikap itu tidak selalu saling terikat, karenanya kita perlu membahas ketiga aspek itu
(Crites, Fabrigar, dan Petty, 1994)
b. Teori-Teori Sikap
Ada beberapa teori yang membantu kita untuk memahami sikap dibentuk dan bagaimana sikap dapat berubah. Pendekatan belajar menganggap sikap sebagai kebiasaan, sesuatu yang dipelajari. Prinsip yang berlaku untuk bentuk proses belajar lain juga berlaku untuk pembentukan sikap. Pendekatan motivasional didasarkan pada prinsip konsistensi kognitif yang mengatakan bahwa kita mencari konsistensi antar sikap-sikap kita dan antara sikap dan prilaku. Pendekatan ini menekankan pada penerimaan yang sesuai dengan struktur kognitif keseluruhan. Pendekatan ekspektasi nilai menyatakan bahwa kita mengadopsi sikap yang bisa memaksimalkan pencapaian tujuan kita. Masing-masing sikap punya keuntungan dan kekurangan, pendekatan ekspektasi nilai menyatakan bahwakita akan mengambil sikap yang menguntungkan kita. Dan terakhir, teori respon kognitif membahas kondisi-kondisi yang menyebabkan kita menolak atau menerima bujukan yang dimaksudkan untuk mengubah sikap kita. Pendekatanpendekatan tersebut tidak selalu bertentangan satu sama lain.
1. Teori Belajar
Learning theory (teori belajar) pertama kali dikembangkan oleh Carl Hovland dan rekannya di yale University (Hovland, Janis, & Kelly, 1953). Asumsi dibalik teori ini adalah bahwa proses pembentukan sikap adalah sama seperti pembentukan kebiasaan. Orang mempelajari informasi dan fakta tentang objek sikap yang berbeda-beda, dan mereka juga mempelajari perasaan dan nilai yang diasosiasikan dengan fakta itu. Seorang anak belajar bahwa anjing adalah bintang, bahwa kebanyakan anjing mudah bergaul dengan orang, dan kebanyakan anjing Pdalah hewan peliharaan. Disini, anak mendapatkan pengetahuan sekaligus perasaan yang berkaitan dengan objek sikap. Dia mempelajarinya melalui proses dan mekanisme yang sama seperti yang dilakukan dalam proses belajar lainnya. Jadi proses belajar dasar juga berlaku untuk pembentukan sikap. Kita mendapatkan informasi dan perasaan melalui proses associotion (asosiasi). Misalnya, jika guru sejarah menunjukkan anda gambar sebuah pria berseragam militer dan mengatakan “Nazi” dengan suara penuh permusuhan, anda akan membuat asosiasi antara perasaan negatif dengan kata “Nazi”.
Belajar juga bisa dilakukan melalui reinforcement (penguatan) dan punishment (hukuman). Jika anda ikut tes psikologi dan mendapat nilai A dan gembira karenanya, maka tindakan mengikuti kelas psikologi akan diperkuat, dan anda kemungkinan besar akan meneruskan study psikologi dimasa mendatang. Jika anda mendapat nilai F, maka anda mungkin akan menjauhi pelajaran psikologi di masa mendatang. Sikap juga bisa dipelajari melalui imitation (peniruan,imitasi). Orang menirukan orang lain, khususnya jika orang lain itu adalah orang yang kuat dan penting. Konsekuensinya, sumber utama sikap sosial dan politik di awal kehidupan seseorang adalah keluarga. Anak-anak cenderung meniru sikap orang tuanya (Abramson, Baker, & Caspi, 2002). Pada masa remaja anak cenderung meniru sikap temannya.
Message learning (belajar pesan) dianggap penting bagi perubahan sikap. Apabila seseorang mempelajari suatu pesan, ada kemungkinan terjadi perubahan. Namun pendapat ini masih diperdebatkan. Mempelajari pesan persuasif sesungguhnya kurang penting dalam proses perubahan sikap. Kebanyakan study
menunjukkan adanya hubungan biasa saja antara ingatan tentang komunikasi persuasif dengan perubahan sikap (Mc Guire, 1985; Moser, 1992). Teori belajar juga menunjukkan bahwa orang terbujuk ketika mereka mentransfer efek (affect) dari suatu objek ke objek lain yang diasosiasikan dengan objek itu. Untuk memahami transfer of affect(transfer efek).
1. Learning theory (teori belajar)pendekatan yang mengasumsikan bahwa sikap seseorang didasarkan pada prinsip penguatan, imitasi dan hukum.
2. Association (asosiasi) penghubung dalam memori antara stimuli yang saling berkaitan.
3. Punishment (hukuman) respon yang dipadukan dengan stimulus yang tidak menyenangkan untuk mereduksi kemungkinan munculnya kembali respon itu.
4. Reinforcement (penguatan) proses yang dilakukan seseorang dalam belajar menunjukkan respon tertentu setelah ia diberi imbalan saat ia menunjukkan respon itu.
5. Imitation (peniruan, imitasi) bentuk belajar yang melibatkan pemikiran, perasaan atau prilaku dengan cara meniru pemikiran, perasaan dan prilaku orang lain.
6. Message learning (belajar pesan) ide bahwa perubahan sikap tergntung pada proses belajar individu terhadap isi dari komunikasi.
7. Transfer of affect (transfer efek) mengubah sikap dengan memindahkan efek yang diasosiasikan dengan objek lain.
2. Teori keseimbangan
Teori konsistensi paling awal adalah balence theory (teori keseimbangan) (Heider, 1958). Teori ini membahas konsistensi diantara perasaan dan keyakinan yang dianut oleh seseorang dan biasanya dideskripsikan dalam orang lain, dan objek sikap. Jadi ada tiga evaluasi yang relevan: (1) evaluasi orang pertama terhadap orang lain, (2) evaluasi orang pertama terhadap objek sikap, (3) evaluasi orang lain terhadap objek sikap.
3. Teori disonansi kognitif
Teori konsistensi kognitif yang paling berpengaruh adalah cognitive dissonance theory (teori disonansi kognitif), yang diusulkan oleh Leon Fastinger (1957). Seperti teori konsistensi kognitif lainnya, teori disonansi kognitif mengasumsikan bahwa ada tekanan untuk menjadi konsisten. Teori disonansi terutama membahas inkonsistensi antara sikap dan prilaku seseorang.
1). Cognitive dissonance theory (teori disonansi kognitif) inkonsistensi (disonansi) antara dua elemen kognitif menyebabkan tekanan untuk mengembalikan elemen itu menjadi slain sesuai.
2). Dissonanse (disonansi, ketidaksesuaian) keadaan aversif yang muncul ketika se3seorang secara bersamaan menganut dua keyakinan yang saling bertentangan satu sama lain.
3). Attitude discrepant behavior (prilaku yang berbeda dengan sikap) tindakan yang sesuai denga sikap.
4). Insufficient justification (justifikasi yang tidak mencukupi) ketika seseorang melakukan prilaku yang bertentangan dengan sikapnya karena dengan alasan yang tidak memadai, mereka mungkin akan mengembangkan siakap yang lebih positif terhadap prilaku itu.
5). Commitment (komitmen) persepsi bahwa keputusan seseorang tidak dapat diubah atau dibatalkan.
4. Teori persepsi diri
Teori disonansi kognitif pada awalnya mengilhami riset tentang efek dari prilaku terhadap perubahan sikap dan selama beberapa tahun teori itu hanya memberikan interpretasi teoritis atas temuan riset. Bem (1967) kemudian menawarkan interpretasi lain self perception theory (teori persepsi diri). Bem berpendapat bahwa kita sering tidak tahu hakikat sikap kita dan kita menyimpulkan sikap kita berdasarkan prilaku dan situasio dimana prilaku kita itu terjadi . misalnya, jika anda memilih makan jeruk dari sekian banyak hidangan buah yang tersedia, dan anda ditanya bagaimana perasaan anda tentang jeruk, anda mungkin bertanya pada diri anda sendiri, “saya memilih jeruk. Tak ada yang memaksa saya. Jadi, saya pasti suka jeruk” oleh karenanya, anda akan menjawab pertanyaan orang itu bahwa anda suka jeruk itu. Jadi teori ini dapat diaplikasikan ke prilaku yang berbeda dengan sikap. Jadi self perception theory adalah teori bahwa orang menyimpulkan sikap mereka berdasarkan prilaku dan persepsinya tentang situasi eksternal, bukan berdasarkan keadaan internal (batin) mereka.
5. Teori ekspektansi nilai
Orang sering merespon komunikasi pesuasif (bujukan) berdasarkan insensif, yakni berdasarkan untung rugi dari sikap tertentu. Menurut teori ini pembentukan sikap dan perubahan sikap adalah berasal dari proses pertimbangan
pro dan kontra (untung-rugi) dari berbagai macam sikap, dan kemudian orang akan mengambil sikap yang dianggapnya terbaik. Pendekatan ini disebut exspecntansy value theory(teori ekspektansi nilai) (Edwards, 1954). Yaitu pendapat bahwa keputusan didasarkan pada nilai-niali dari hasil yang mungkin terjadi dan kemungkinan bahwa hasil itu benar-benar terjadi.
6. Teori dua pemrosesan
Terkadang orang melakukan pemrosesan inferensial secara heuristis dan cepat, sedangkan dalam kasus lain, mereka melakukannya secara lebih sistematis dan mendalam. Perbedaan ini dua pemrosesan juga berlaku untuk pembentukan sikap. Priset yang bekerja dalam tradisi dua pemrosesan ini (Cacioppo & Petty, 1979, Chaiken, 1980) menemukan bahwa orang akan memproses pesan persuasif secara lebih sistematis ketika mereka punya motivasi dan kemampuan untuk melakukannya. Dalam hal ini kita mempelajari argumen-argumen, mencari poin yang relevan dengan diri kita, dan memberikan bantahan jika kita tidak setuju. Tetapi dilain waktu , kita terkadang malas dan tidak berniat menganalisis keuntungan dan kerugian dari suatu argumen yang kompleks.
7. Teori respon kognitif
Salah asatu dua pemrosesan sikap adalah cognitive response theory (teori respon kognitif). Teori ini berusaha menjelaskan proses perubahan sikap dengan mencoba memahami pikiran seseorang dalam merespon komunikasi persuasif atau bujukan. Teori ini mengatakan bahwa orang bereaksi terhadap beberapa aspek pesan persuasif dengan memunculkan pikiran negatif atau positif (yang diistilahkan “respon kognitif”) yang pada gilirannya yang akan mempengaruhi apakah seseorang itu akan mendukung isi pesan itu atau tidak (Romero, Agnew, & Insko, 1996).
1). Cognitive response theory (teori respon kognitif) pendapat yang menyatakan bahwa perubahan siakap setelah menerima komunikasi
persuasif akan tergantung pada respon kognitif seseorang.
2). Counterarguing (argumen yang berlawanan) secara aktif menolak argumen yang dikemukakan oleh komunikator.
3). Systematic processing (pemrosesan sitematis) evaluasi yang cermat atas argumen dalam komunikasi persuasi.
c. Pembentukan dan perubahan sikap
Sebagai hasil dari belajar, sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek tertentu. Lebih tegas menurut Bimo Walgito (Muhammad Anas, 2007) bahwa pembentukan sikap akan ditentukan oleh dua
faktor, yaitu:
1). faktor internal (individu itu sendiri) yaitu secara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan efektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.
2). Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk merubah sikap.
Sementara itu Mednick, higgins dan Kirschenbaum (Dayakisni & hudaniah, dalam Muhammad Anas, 2007) menyebutkan bahwa pembentukan
sikap dipengaruhi tiga faktor, yaitu:
1). Pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan
2). Karakter kepribadian individu.
3). Informasi yang selama ini individu terima.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan
perubahansikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor yang ada pada diri individu dan faktordari luar individu dan keduanya saling berinteraksi.
1. Perubahan sikap spontan
Memikirkan objek sikap secara mendalam cendrung akan membuat sikap menjadi lebih ekstrem. Menurut Tesser (1978), kita meriew dan mengkaji keyakinan kita, dan tekanan konsistensi menyebabkan keyakinan kita cendrung menjadi konsisten. Misalnya, jika anda meluangkan waktu lebih lama untuk memikirkan sahabat baik anda, anda mungkin akan lebih menyukainya. Anda mungkin ingat sifat-sifat lain atau pengalaman bersamayang anda alami bersama dengannya. Dan, anda mungkin menginterpretasikan ulang beberapa memori yang kurang menyenangkan dengan memaafkannya. Akan tetapi, jika anda lebih sering memikirkan musuh anda, maka anda mungkin akan lebih jengkel kepadanya. Anda mungkin akan mengingat lebih banyak hal tidak menyenangkan dan mencurigai motif dibalik tindakannya yang kelihatan baik.
Pada dasarnya hipotesis Tesser menyatakan bahwa memikirkan suatu isu akan melahirkan sikap yang lebih terpolarisasi karena pemikiran akan menyebabkan orang menghasilkan lebih banyak sikap yang konsisten. Semua aktifitas kognitif ini mengharuskan individu memiliki struktur , atau skema, tentang seseorang untuk menghasilkan keyakinan baru atau untuk mengetahui cara menginterpretasikan ulang keyakinan lama. Implikasinya dalah bahwa pemikiran akan mempolarisasikan sikap hanya ketika orang memiliki skema tentang suatu isu.
Adapun hadis yang berkaitan dengan sikap dan tata cara berkomunikasi yang diriwayatkan oleh H.R Muslim yaitu
عن أبى هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ان الله تعالى يرضى لكم أن تعبدوه ولا تشركوا به شيئا وأن تعصموا بحبل الله جميعا
ولاتفرقوا ويقره لكم قيل وقال وكثرة السؤال واضاعة المال. رواه مسل
“Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, „Sesungguhnya Allah SWT. menyukai tiga macam yaitu, kalau kamu menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun. Dan supaya kamu berpegang teguh dengan ikatan Allah, dan janganlah bercerai-berai. Dan Dia membenci bila kamu banyak bicara dan banyak bertanya dan memboroskan harta.” (H. R. Muslim).
2. Persistensi perubahan sikap
Persoalan lainnya berkaitan dengan persistensi perubahan sikap dari waktu ke waktu setelah menerima komunikasi persuasi. Secara umum, memori detail argumen akan pudar dengan cepat dan kemudian pudar secara lebih lambat. Akan tetapi, persistensi perubahan sikap tidak selalu bergantung pada retensi detail argumen. Kejadian lain yang terjadi setelah komunikasi juga berpengaruh signifikan. Salah satu faktor penting yang membantu persistensi adalah apakah penerima komunikasi itu kemudian ingat pada petunjuk-petunjuk penting, seperti kredibilitas sumber komunikasi.
d.Pengertian sosial
Istilah sosial (social dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda-beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah Departemen sosial, jelas kedua-duanya menunjukkan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut soekanto (1986:11), apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialisme adalah suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemilikan umum atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi (Fairchild, 1964:296). Sedangkan istilah sosial pada Departemen
Sosial, menunjukkan pada kegiata-kegiatan dilapangan sosial.
Manusia sebagai makhluk individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lainnya membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini, manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya.
Benarkah manusia sebagai makhluk sosial? Sejak manusia dilahirkan ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain terutama dalam hal kebutuhan makan dan minum. Pada usia bayi, ia sudah menjalin hubungan terutama ayah dan ibu, dalam bentuk gerakan, senyuman, dan kata-kata. Pada usia 4 tahun, ia mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya dan melakukan kontakb sosial. Pada usia-usia selanjutnya, ia terikat dengan norm-norma pergaulan dengan lingkunganyang semakin meluas, manusia hidup dalam lingkungan sosialnya.
Berdasarkan proses diatas, manusia lahir dengan keterbatasan, dan secara naluriah manusia membutuhkan hidup dengan manusia lainnya. Manusia sejak lahir dipelihara dan dibesarkan dalam suatu masyarakat terkecil yaitu keluarga. Keluarga terbentuk karena adanya pergaulan antar anggota sehingga dapat dikatakan bahwa berkeluarga merupakan kebutuhan manusia. Esensinya, manusia memerlukan orang lain atau hidup dalam kelompoknya. Jadi, menurut kodratnya, manusia dimanapun pada zaman apapun, selalu hidup bersama, hidup berkelompok.
Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsuf yunani kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoo politicion artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk , pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena sifatnya yang selalu ingin bergaul satu sama lain, maka manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya:
a).Hasrat untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum.
b).Hasrat untuk membela diri.
c).Hasrat untuk mengadakan keturunan.
Adapun insting itu sudah ada pada diri manusia sejak ia dilahirkan. Kebutuhan akan makanan dan minuman termasuk kebutuhan primer untuk segala makhluk hidup baik hewan maupun manusia. Dalam usaha untuk mendapatkan keperluan hidupnya manusia perlu bantuan orang lain. Hidup sendiri akan menimbulkan kesulitan. Setiap usaha akan lebih mudah bila dikerjakan bersamasama.
Meski demikian sikap sosial manusia bisa saja berubah-ubah, perubahan sosial merupakan proses perubahan yang terjadi dimasyarakat sebagai suatu kepastian realita. Menurut Nata (2014:185) dalam bukunya Syafaruddin dkk, bahwa perubahan sosial merupakan bentuk baru dari kondisi yang lama.
Komentar
Posting Komentar